-Hujan-hujanan-
Siang itu matahari bersinar redup,
tak tahu karena apa,langit dipenuhi dengan kumpulan awan yang mulai menghitam.
Sekolah masih ramai dengan para siswa, dua sosok lelaki berpawakan kurus dengan
kulit berwarna kuning kecoklatan duduk santai di bangku beton di bawah pohon
ketapang. Aku bersama muthia melangkah mendekati 2 lelaki tersebut dengan muka
malu-malu pasi. Mereka berdua adalah Toni dan Abi, yak mereka temen satu ekskul
ku, yaitu club biologi. Kami berempat duduk bersama di bangku yang sama, bangku
beton di bawah pohon ketapang. “ ton pak efendi dah dateng a??” tanya ku kepada
toni dengan senyum malu. “hmmm,,,belum ni
dari tadi aku mbek abi udah nunngu ampek jamuren kabeh”, jawabnya sambil
menatapku. “loh ya..awakmu tumben dateng terlambat??” tanyanya padaku, “hehehe,
iyo aku keturon, ki lo muthia gag tangekno aku” dengan ketawa geli aku
menjawabnya. Muthia yang tidak terima dengan jawabku menyambar ketus “ opo,,
aku wes tak tangekno, ancen tiyul angel di tanagekno”.
Sudah sekitar 20 menit duduk di
tempat yang sama bangku beton di bawah pohon ketapang, tapi tak ada satu
anggota club yang datang lagi, pembina kami Pak Efendi juga tidak kunjung
datang, sehingga kami memutuskan untuk curhat-curhatan. Kebutulan kami berempat
sedang punya rasa yang sama antara satu sama lain, aku dengan toni dan muthia
dengan abi. Padahal hari itu kami tak ada janji untuk saling bertemu, tapi ya
mau gimana lagi sudah jadwal club biologi buat berkumpul. Aku teringat janjinya
toni kepada ku, untuk memberiku biodatanya. Aku yang sangat ingin biodatanya
langsung menagihnya, dengan nada bicara menyindir aku mengingatkannya akan
biodata itu.wooo yess berhasill.. dia langsung ingat janjinya, dengan muka
tanpa dosa dia santai mengatakn ” gag usah wes, tak kandani langsung ae mumpung
ketemu”, dengan nyengir lebarnya yang
manis. “loh gag bisa, pokoknya aku mau yang tulisan, buat kenang-kenangan lo
not”,
“ tulisan ku
elek ya...wes ngomong langsung ae”. Dia lalu menceritakan hidupnya mulai dari
tanggal lahir ampek ukuran baju, tapi aku hanya mendengarkan telinga kanan
keluar telinga kiri. Aku tetap menagih biodatanya dalam bentuk kerta s, yes
always dia selalu mengundur dengan many alasan.
Muthia dan Abi hanya bisa tersenyum
aneh melihat tingkah ku dengan toni yang saling engkel-engkelan. Tak berapa
lama aku dan toni tiba-tiba terdiam dari perdebatan masalah biodata. Toni
dengan matanya yang setengah chainis menatap ku dengan senyum manisnya, aku
yang geli melihat tatapanya langsung menepuk bahunya. “eh,...lapo ae koyok liat
sopo ae”, dia menjawab dengan gaya polosnya “liat bidadari di depanku”,
mendengar itu aku langsung terdiam malu, dengan senyum ala fitri tropika.
DUUUATRRRRRRRRRR......petir menyambar hebat sekali, hingga menggetarkan kaca
ruang lab bahasa. Kami berempat bersamaan melihat langit yang menghitam dan
sedikit demi sedikit menjatuhkan butiran-butiran air langit. Toni dengan
semangat langsung berlari ke lapangan seperti orang baru malihat air, dan baru
mandi setelah berapa lama tidak mandi.
“ya, mut,
abik ayo hujan hujanan yo”, ajaknya dengan girang. “ Not awakmu koyok gag tau
mandi ae, ndlok banyu pisan langsung girangnya masyallah”, goda abik ke toni.
“iyo ancen aku mang gurung mandi, mari olahraga habis kuesel mang”, toni menanggapi
dengan tawa lucunya. Aku dan muthia mulai tertarik dengan mereka berdua yang
bermain hujan dengan riangnya. Saat toni mendekati ku dengan tubuh yang basah
kuyup, wajah menggigil kedinginan iya menarik ku agar lebih ketengah untuk
mendapatkan hujan yang lebih deras. Yapp aku tertarik olehnya, di tengah
lapangan toni tiba-tiba menghadapkan wajahnya ka langit dengan mulut terbuka.
“lapo not, minum hujan a??” tanya ku heran. “ iyo, ngerti gag ya, kata ustad ku
klo hujan itu kita liat kelangit bisa liat nabi siapa g2...” dengan senyum manisnya menatapku. Abik dan
muthia sibuk dengan ciprat-cipratan air hujan. Tubuh ini mulai merasakan dingin
hingga ketulang, toni pun sudah menggigil hingga bibir kecilnya berubah menjadi
warna unggu. “ yul- wes yo muleh, keademen aku ni” muthia mengajakku dengan
gaya mengigilnya. “iya ayokk,.....tonn wes muleh yoo”, teriak ku ke toni. Kami
berempat berteduh di bawah pohon ketapang, dengan membawa tas kami. Hujan yang
tadinya deras perlahan mereda menyisakan gerimis yang tak begitu bararti. Kami
memutuskan pulang, abik dan toni jalan duluan beberpa meter di depan aku dan
muthia. Kami jalan bersama hingga keluar dari gerbang sekolah tercinta SMPN 3.
Terus bersama hingga di depan asrama ponti, tempat toni dan abik tinggal.
Sebelum berpisah toni sempat mengatakan sesuatu, dengan senyum manisnya “ eh
mene hujan-hujanan bareng maneh yoo..”. Aku dan muthia hanya tersenyum sambil
mnegaggukan kepala. Hari itu tersasa sangat indah kurasakan, bisa hujan-hujanan
sama orang yang mambuat jantungku
berdegup kencang tiap bertemu.
-End-
0 komentar:
Posting Komentar